Selasa, April 26

Tekanan Orang Tua Terhadap Anak Dalam Sekolah dan Pekerjaan

Terpenjara Oleh Belenggu Orang Tua.
Terpenjara bagaimana kita tak ubahnya seorang hewan yang di paksa menuruti tuannya memakan katakan lah kambing yang di paksa makan bakso. aneh, bagaimana seekor kambing memakan bakso, sedang kegemarannya adalah hanya seikat rumput segar.
TERSIKSA !!!


Kita yang seorang terpelajar, kita menempuh SD sesuai dengan keinginan orang tua, SMP sesuai pilihan orang tua, SMA sesuai dengan perintah orang tua, bahkan sampai kuliah pun, jurusan di pilihkan oleh orang tua. bahkan kerja kita di pilihkan, meski kita tidak pernah menyukainya. awalnya suka, tapi tekanan demi tekanan itu muncul. Menyiksa !!
Bagaimana bisa orang tua tahu bagaimana kita menyukai jurusan apa yang mereka pilihkan? bagaimana bisa menyukai apa yang menekan kita, memasung kita, memaksa kita untuk menjalaninya?
bagaimana bisa??
Pola Pikir Orang Tua Kita
Sebagai anak,cobalah untuk mendengarkan penjelasan yang orang tua berikan, pikirkan baik-baik apa yang telah dijelaskan oleh orang tua, usahakan berpikir dari segi orang tua juga supaya bisa lebih memahami maksud orang tua. Kalau memang tidak setuju dengan keinginan orang tua, ungkapkan keinginan anda dengan baik-baik dan berilah penjelasan yang tepat.  Sebagai orang tua, juga lakukanlah hal yang sama. Ingat kunci dari mengatasi masalah perbedaan pendapat seperti itu adalah dengan Komunikasi dan Tidak Emosi.
Untuk orang tua, sebaiknya jangan memaksakan kehendak, lihat kondisi anak-anaknya juga, misalnya orang tua pingin sekali anaknya menjadi Guru,  mungkin selain membanggakan, orang tua juga berpikir bahwa masa depan anaknya akan cerah, tetapi anaknya sama sekali tidak ada keinginan untuk menjadi Guru, mungkin juga kemampuannya tidak sampai kalau menjadi Guru, sebaiknya jangan dipaksakan karena nantinya akan berakibat buruk terhadap anak, anak menjadi depresi, tertekan bahkan mungkin menjadi gila. Kalau anak sudah mengalami hal seperti ini tentunya yang terkena imbas nantinya juga orang tua.
Saran saya jika masih belum menemukan titik temu dalam komunikasi yang dilakukan, cobalah ambil jalan tengah seperti ini, misalnya anak diberi kesempatan untuk membuktikan keinginannya sesuai dengan alasan yang telah dikemukakan dengan jangka waktu tertentu. Jika tidak bisa membuktikan dalam jangka waktu tersebut, anak harus mendengarkan apa yang diinginkan orang tua. Dengan begini kan tidak ada yang namanya “bully” dan tidak ada anak yang menjadi depresi, tertekan.

Catatan : Bully itu bisa didefinisikan seperti ini : perkataan atau tindakan yang memiliki kekuatan terhadap orang lain, kekuatan disini berupa ancaman/sikap mendominasi, intimidasi. Misalnya : mengatakan atau menulis sesuatu yang tidak sepantasnya, mengucilkan, membuat seseorang menjadi tidak nyaman/takut, memukul, menendang, membuat orang melakukan apa yang tidak diinginkan




Tidak ada komentar: